top of page

2 Alasan Kamu Harus Mulai Zero Waste Lifestyle Sekarang Juga

  • Frahati Hilmi
  • Dec 17, 2018
  • 5 min read

Zero Waste lifestyle apaan sih? Yakali sama sekali ga nyampah, emang bisa??

RIbet banget deh bawa tempat minum dan makan sendiri. Kan tinggal beli aja!

Aku udah selalu buang sampah di tempatnya kok. Udah cukup kan?

Emang harus banget nerapin lifestyle ini? Paling juga ikut2an aja. Mumpung lagi tren..

Halo semua, kali ini aku mau sharing mengenai sesuatu yang lagi aku coba untuk dalami dan konsisten-i beberapa bulan terakhir ini yaitu hidup minim sampah (atau zero waste living). Sekalian aku sharing hasil KulWap mengenai Hidup Minim Sampah yang baru saja aku ikuti minggu lalu.

Tumpukan Sampah di TPA.

Dimulai dari aku yang selalu ngeluh kebauan dan heboh tutup hidung atau sekedar ngegas motor lebih kenceng kalo ngelewatin TPS di pinggir jalan. Akhirnya mikir, kayanya aku ikut kontribusi juga sama numpuknya sampah2 ini. Cari tau keadaan TPS dan TPA dan ku terkezut ternyata TPS sebesar itu dan sampah2 itu se-menumpuk ituuu. Ini foto TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) Bantar Gebang, Bekasi yang aku ambil dari Google.

Wow, itu semua tumpukan sampah guys.. Padahal ku selalu mengagung2kan untuk buang sampah di tempatnya. Dan ternyata itu ga cukup. Sampah sejatinya hanya berpindah tempat. Bukan tiba-tiba menghilang. Ya memang menghilang dari pandangan kita, tapi sampah itu menjadi masalah di tempat lain. Sampah2 menumpuk sampai di TPS atau yang paling menyedihkan hanyut ke laut dan menjadi konsumsi teman2 hewan laut kita. :(

Cari tau lebih dalam, banyak banget masalah yang ditimbulkan dari sampah2 ini. Bau busuk sampah yang bisa tercium dari radius 4km, air sumur warga sekitar TPA tercemar, sampah di TPA longsor hingga jatuh korban jiwa, TPA overload sampai TPA meledak (karena tercampurnya sampah organik dan anorganik yang bisa menyebabkan gas metan) dan ratusan jiwa meninggal.. Berita mengenai kejadian2 ini bisa langsung cek aja di google ya guys, banyak anet (coba cek dulu ini)

Tentu masalah ini tidak muncul dengan sendirinya. Masalah ini muncul akibat sampah2 yang menumpuk, yang merupakan bom waktu yang tiba2 bisa meledak. Sampah2 yang dihasilkan oleh masyarakat setempat, sampah yang diangkut dari rumah kita, kantor kita, atau lingkungan sekitar kita. Sampah yang kita hasilkan, yang kita kumpulkan dalam kantong kresek, yang kita simpan di depan rumah, sampai akhirnya diangkut petugas, kemudian dibawa ke TPS, dan selajutnya dibawa ke TPA. Semua jenis sampah bercampur satu, dibuang, dan berakhir di TPA. ya gimana ga menumpuk...

DKI jakarta sendiri tercatat menghasilkan 7000 ton sampah per hari (sumber) dan ini bukan angka yang kecil gengs. Sampah bungkus ketoprak, a*ua gelas, kopi kekinian, bungkus katering makan siang, belom lagi plastik gorengan buat ngemil sore2.. Itu sampah minimal sehari yang kita hasilin (di kantor). Kalo dikumpulin sih dikit, ya tapi kalo semua orang di kantor menghasilkan jumlah sampah yang sama atau bahkan lebih, banyak juga jadinya kak.. Dan itu baru sehari..

Tapi kan udah ada petugas sampah, dan juga pemerintah yang berkewajiban mengolah dan membuat masyarakat jadi nyaman. Ngapain lagi kita harus ribet?

Mau sampe kapan nunggu mereka yang gerak? Mau sampe kapan kita ga peduli terhadap lingkungan kita sendiri? :( Kita percayakan aja mereka sedang mengurus sampah yang memang sudah ada. Kan ga harus setiap sampah yg kita hasilin, harus mereka juga yang ngurusin.

Laut Penuh Sampah.

Selain numpuk TPS/TPA, sampah2 ini juga banyak yang hanyut di lautan. Hewan2 laut ini ga bisa bedain mana yang makanan mereka dan mana yang bukan. Mending kalo yang hanyut sampah organik, nah kalo plastik? Yang kita tau butuh ratusan tahun untuk terurai. Karena sampah2 ini ada di habitat mereka, maka mereka pun menganggap sampah ini adalah bagian dari makanan mereka.

Ini beberapa foto yang mungkin kalian udah ga asing lagi.

Ya kan sedih ya ngeliatnya.. Kita yang pake plastik, tapi mereka yang harus menanggung akibatnya. Belum lagi berita ttg Paus Sperma yang terdampar di Wakatobi kemarin yang ternyata di dalam perutnya terdapat 5,9 kg sampah plastik (sumber). So saaaaad :(

Jadi sebenarnya 2 alasan utama ini yang bikin aku mulai memilih untuk berubah sedikit demi sedikit. Memulai lebih peduli terhadap sampah yang mungkin akan aku hasilkan.

Sampah ini merupakan sisa konsumsi kita. Sampah organik (sisa makanan, kulit buah, duri, dll) dan sampah anorganik (kantong plastik, kertas bekas, botol plastik, dll) merupakan sisa dari apa yang kita makan dan gunakan.

“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (diminta pertanggung jawaban) : Tentang umurnya, kemana dihabiskannya, Tentang ilmunya, bagaimana dia mengamalkannya Tentang hartanya, dari mana diperolehnya dan kemana dibelanjakannya, Serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya.” ( HR. At-Tirmidzi )

Sampah menjadi masalah ketika tidak ditangani dengan baik. Sesuatu menjadi sampah ketika dia sudah tidak berguna dan tidak bisa dimanfaatkan lagi. Dan sebagian dari sesuatu yang kita anggap sampah sesungguhnya masih bisa kita gunakan kembali, olah, bahkan didaur ulang sehingga tidak menjadi sampah dan kembali memiliki manfaat.

Tujuan dari segala usaha ini adalah mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA atau berujung di lautan. Hal paling utama yang bisa kita lakukan adalah mengurangi/menangani sampah dari sumbernya yaitu kita sendiri yang menghasilkan sampah. Jadi, kita yang harus bertanggung jawab atas sampah yang kita hasilkan. Sampahku, tanggung jawabku. Bisa dikurangi dari awal atau kalaupun kita memang menghasilkan sampah, kita perlu bijak dalam menanganinya.

Hidup Minim Sampah & Bijak Kelola Sampah.

Mau ga mau kita memang sudah seharusnya menjalaninya. Hidup minim sampah atau bahasa kerennya Zero Waste Living. Zero waste living sendiri berarti zerowaste to landfill atau nol sampah ke TPA. Bukan berarti kita ga boleh nyampah sama sekali atau anti plastik sama sekali. Plastik tentu sangat berguna dalam kehidupan kita, namun ada plastik2 yang hanya sekali penggunaannya yang perlu kita hindari pemakaiannya karena plastik itulah yang biasanya menjadi sampah. Contohnya adalah sedotan plastik, plastik pembungkus makanan (yang sering kita gunakan ketika jajan2 di pinggir jalan), plastik pembungkus ikan, ayam, dll kalau kita beli di pasar atau supermarket, dsb). Penggunaan plastik sekali pakai ini tentu bisa dicegah dengan menggantinya dengan wadah yang kita persiapkan sebelumnya. Kalaupun kita terpaksa menggunakannya maka kita perlu bijak kelola setelahnya.

Hidup minim sampah dan bijak kelola sampah merupakann proses yang sangat panjang, bertahap, dan tentu harus sesuai kemampuan kita. Yang terpenting adalah konsisten atau istiqomah. Ini juga bukan tentang perlombaan siapa lebih sedikit menghasilkan sampah, ini merupakan usaha diri kita sendiri untuk meminimalkan menghasilkan sampah karena mungkin sulit untuk benar2 hidup tanpa menghasilkan sampah, tapi bukan berarti tidak bisa ya :)

Sangat dibutuhkan kesadaran dalam konsumsi (consume consciously) memang jika kita ingin hidup minim sampah ini karenaaaa ya yang ngurus sampahnya kita sendiri (minimal memiilah, nyuci dan keringin plastik, dll). Jadi kalo gamau ribet ngurus sampah ya ga jajan sampah gitu.. Nah ini banget yang masih jadi PR juga buat aku, kalo lagi khilaf dan sampah plastik udah terlalu banyak (biasanya hasil jajan2 snack kemasan) jatohnya malah males dan dibuang begitu saja. Tapi untung Afwan tuh disiplin banget dan jadinya dia yang selalu ingetin mau milih bumi atau ngga?

Sekarang aku masih belajar banget dalam melakukan prinsip 5R (Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, Rot) atau juga 3AH (Cegah - Pilah - Olah). misahin mana plastik yang diterima bank sampah mana yang harus dijadin ecobrick, dll. Akan aku share gimana kita harus milah2 sampah. Oiya dan menurut bu Dini (D.K. Wardhani, salah satu penggiat zerowaste living di Indonesia) CEGAH merupakan yang paling utama dan jika kita optimal melakukan CEGAH & OLAH maka masalah sampah insyaa Allah bisa dibilang beres.

Jadi mari kita nikmati proses yang sangat panjang ini, ibarat lari marathon, kita butuh stamina, bukan cuma cepet2an lari kaya kalo sprint. Progress Over Perfection. Gausah nyalahin diri sendiri kalo masih ngehasilin sampah. Yang penting terus berusaha. Dan jangan lupa untuk apresiasi progress kita dalam meminimalisir sampah. Jadi semangaaaaaat!

Yuk, kamu juga kan?


Comments


Recent Posts
Archive
Related Posts

© 2016 by Frahati Hilmi

  • Instagram - Black Circle
  • facebook-square
bottom of page